top of page
Writer's picturesexcretid

Hiperseks, Termasuk Mental Disorder?

Penulis Svenka Azzahra Dyar


Hiperseks, termasuk mental disorder?

Hey Good Readers! Kamu punya perasaan dan keinginan yang begitu berlebihan terhadap seks? Atau pasangan kamu minta ‘jatah’ terus dan stres kalau engga dikasih? Sebenarnya hiperseks itu termasuk kedalam mental disorder engga sih? Nah, pertanyaan-pernyataan itu bakal dibahas pada artikel ini. So.. tanpa berlama-lama lagi, let’s check it out Good Readers!

Hiperseks merupakan obsesi atau keinginan seseorang dalam bercinta, berlebihan terhadap seks yang dinilai cukup tinggi dan terjadi kondisi dimana seseorang berfantasi seksual secara intens dan berulang-ulang dalam kurun waktu kurang lebih enam bulan, sehingga mengganggu kehidupan sosial dan menyebabkan depresi serta dianggap sebagai penyimpangan seksual.


Pada awalnya belum ada identifikasi, pengelompokkan, dan pengobatan terhadap orang-orang yang mengalami kelainan hiperseks. Bahkan sejumlah ilmuwan di bidang kesehatan jiwa mempertanyakan, apakah hiperseks itu bersifat kecanduan atau tidak. Setelah dilakukan beberapa penelitian, penelitian yang dipublikasikan dalam Socioaffective Neuroscience & Psychology menunjukan bahwa hiperseks tidak termasuk bersifat kecanduan tetapi adanya kelainan impulsif atau kompulsif, dan terhubung dengan sistem imbalan di otak.


Namun walaupun begitu, pada 18 mei 2013 gangguan hiperseks ini masuk ke dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) edisi lanjutan yang disebut DSM-5. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), merupakan sebuah buku yang diterbitkan oleh American Psychiatric Association (APA) yang menjelaskan kriteria standar untuk klasifikasi gangguan mental menggunakan Klasifikasi Statistik Internasional Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait (ICD). Buku ini diandalkan oleh dokter, peneliti, lembaga regulasi obat kejiwaan, perusahaan asuransi kesehatan, perusahaan farmasi, sistem hukum, dan pembuat kebijakan bersama-sama dengan alternatif seperti yang diproduksi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dalam DSM-5 berisi pengevaluasian pasien di lima sumbu, yang terdiri lebih dari satu aspek yang luas dari 'gangguan jiwa'. Dan hiperseksual termasuk salah satunya.

11 views0 comments

Comments


bottom of page